Penulis: Kishino Bawono, S.IP., M.Sc.
Bandung, 26 Juni 2025 – Dosen Program Studi Hubungan Internasional, Universitas Katolik Parahyangan, Kishino Bawono, telah berkesempatan untuk memberikan pandangannya dalam siaran langsung dengan KompasTV terkait perang antara Israel dan Iran.
Dalam lima kali sesi wawancara dengan KompasTV (18-25 Juni 2025), terdapat beberapa pertanyaan yang menjadi highlight. Pertama, mengapa perang antara Israel-Iran terjadi? Kedua, dampak apa yang mungkin terjadi dari perang ini? Ketiga, apakah perang ini akan tereskalasi menjadi perang yang lebih besar? Jika tereskalasi, pihak mana yang kemungkinan akan terlibat dan bagaimana dampaknya? Keempat, bagaimana skenario akhir dari perang ini? Kelima, bagaimana skenario damai yang mungkin terjadi? Keenam, bagaimana dampak dari pemboman AS ke 3 fasilitas nuklir Iran di Natanz, Isfahan, dan Fordow? Ketujuh, apakah gencatan senjata yang dideklarasikan oleh Presiden Trump akan bertahan atau tidak? Kedelapan, bagaimana skenario pasca perang atau pasca perundingan damai dari kedua pihak?
Secara umum, dalam serangkaian wawancara tersebut, Kishino menjelaskan bahwa perang ini secara resmi terkait dengan proliferasi nuklir Iran, dimana Israel dan AS mengklaim hal tersebut sebagai ancaman keamanan regional dan global. Walaupun Direktur Intelejen Nasional AS mengklaim bahwa Iran masih jauh dari pengembangan senjata nuklir. Selain itu, salah satu projected impacts dari perang ini adalah eskalasi serangan dengan misil, serangan udara, serta kemungkinan penutupan Teluk Hormuz. Jika Hormuz ditutup oleh Iran, kemungkinan akan memberikan dampak pada harga minyak dunia karena Hormuz menjadi jalur distribusi suplai minyak mentah yang penting. Kemudian, terkait dengan eskalasi, AS secara tepat diprediksi menjadi pihak yang paling mungkin untuk mengintervensi dalam perang tersebut. Hal ini diikuti oleh kenyataan bahwa AS adalah satu-satunya negara koalisi Israel yang memiliki kemungkinan untuk menyerang dan merusak fasilitas Fordow yang ada sekian puluh meter di bawah gunung dengan bunker-buster bomb. Keterlibatan AS ini kemudian diprediksikan akan membawa eskalasi perang, terutama dengan serangan balasan terhadap aset-aset AS di kawasan.
Selain itu, Kishino juga memandang bahwa eskalasi kekerasan ini adalah bagian dari eskalasi menuju de-eskalasi. Kondisi dimana pihak yang terlibat konflik, sebelum setuju untuk berlanjut ke perundingan, akan bertindak lebih violent untuk menunjukkan siapa yang lebih kuat sehingga bisa mendapatkan posisi tawar dalam perundingan yang lebih tinggi. Serangan AS ke 3 fasilitas nuklir Iran merupakan serangan yang nampaknya paling menentukan. Pihak Israel-AS ada di posisi yang lebih menguntungkan untuk menegaskan kemampuan mereka untuk menyerang aset strategis Iran. Meski laporan intelijen AS meragukan efektivitas serangan terhadap fasilitas Fordow, Natanz, dan Isfahan dalam menetralisir kemampuan nuklir iran, serangan ini justru tampaknya mendorong kedua pihak menuju perundingan atau setidaknya gencatan senjata. Gencatan senjata ini masih dipertanyakan apakah akan bertahan atau tidak, karena masih ada serangan dan balasan hingga Rabu pagi waktu Indonesia. Terakhir, salah satu skenario pasca perang yang mungkin terjadi, paling tidak dari sisi Israel adalah PM Benyamin Netanyahu akan menggunakan klaim kemenangan atas Iran untuk kepentingan politik domestiknya, yaitu memepertahankan jabatan perdana menterinya.
Serangkaian wawancara ini menunjukkan komitmen HI UNPAR untuk memberikan dan membagikan keahliannya dalam memahami fenomena-fenomena global kontemporer, baik di dalam kelas maupun di luar kelas.
Video wawancara dapat diakses melalui tautan berikut :
- Rabu, 18 Juni 2025 https://www.youtube.com/watch?v=t6bgKolyuo4
- Kamis, 19 Juni 2025 https://youtu.be/vXt9I9lOAWU
- Jum’at, 20 Juni 2025 https://youtu.be/M_3IbIWF3RA
- Minggu, 22 Juni 2025 https://youtu.be/2C7Hc07lMFM
- Rabu, 25 Juni 2025 https://www.youtube.com/watch?v=Q8WPU70Iqsc